SELAMAT BERGABUNG DENGAN DUNIA PERADABAN MANUSIAWI

Setiap Manusia Menjalani Takdirnya Sendiri

Sabtu, 15 Agustus 2009

MENCARI BENTUK IDEAL SEBUAH NEGARA

MENCARI BENTUK NEGARA IDEAL

Pagi ini (Minggu, 15/8/09) Jam 08.00 wib, saya terpantik tulisan Pak Dahlan Iskan Jurana Jawa Pos yang menulis di korannya sendiri : " EKSTREM KANAN KIRI OKE, TAPI TENGAH YANG MEMIMPIN". Asyik juga, bahasanya mengalir bagai air sejuk penuh dengan kebeningan gagasan.
Pak Dahlan membagi persoalan secara sederhana menjadi Kelompok Kanan - Kiri - dan kelompok Tengah.
Sudah barang tentu apa yang ingin saya katakan hanyalah sekedar menambahkan bahwa disamping kelompok itu masih itu masih ada kelompok yang bukan sekedar berbeda secara tajam tetapi juga bukan sekedar gabungan dari perbedaan, melainkan sebuah kelompok holistik - universal dan utuh.
Meskipun untuk membahas kelompok ini mesti hati - hati, karena dampak dari berita terorisme bisa nyerempet - nyerempet bahaya.

Jika Pak Dahlan membangun penafsiran bahwa pada akhirnya harus dibangun kelompok tengah yang besar sebagai sebuah prasyarat menuju Indonesia yang lebih maju dan makmur dalam berbagai aspeknya, tetapi yang dimaksud kelompok tengah sebenarnya bisa bermakna hanya sekedar kelompok oportunis yang siap menggadaikan bangsa dan negaranya untuk kepentingan kelompoknya.

Kata pak Dahlan kelak diharapkan terjadi gabungan tiga partai besar (siapapun itu gak penting), sementara tiga partai besar yang ada sesungguhnya belum layak disebut - sebut sebagai representasi keterwakilan harapan rakyat.

Menggabungkan ketiga partai besar yang berbeda warna dan coraknya juga bukan main susahnya, meskipun itu bukan tak mungkin. Pasalnya mereka memiliki kepentingan primitif berebut kursi dan kekuasaan.

Mengapa saya katakan primitif dan justru inilah akar permasalahannya, karena partai politik yang ada di Indonesia belakangan semakin tidak jelas arah perjuangannya, kecuali ikut pemilu dan berebut kursi sebanyak - banyaknya dengan cara apapun (machiavelian). Partai Politik tidak memerankan dirinya sebagai wadah bagi kepentingan ummat manusia, melainkan wadah bagi perjuangan kemakmuran kelompoknya. Hal ini pula yang menjadi faktor penghambat laju pertumbuhan pembangunan dan kelambanan menangani beragam persoalan bangsa yang tengah dihadapi.

Reformasi atau revolusi......? Pak Dahlan mengambil contoh periode kemerdekaan (17/8/45) dan periode reformasi (28/05/1998), dimana terjadi pertentangan tajam antara kelompok tua yang "lamban" dan kelompok muda "agresif revolusioner".

Sesungguhnya harus terdapat kelompok lain yang sesungguhnya lebih sabar dan sistematis ketimbang sekedar tawarannya Cak Nur Cholis Majid "Bersabar selama 2 tahun dan mempersilahkan Soeharto memimpin gerakan reformasi". Tawaran yang menyakitkan kelompok muda dan sedikit menyenangkan kelompok tua.

Konsep itu sebenarnya sudah ada dalam filosofi Pancasila dan Islam. Apakah keduanya merupakan konsep yang berbeda atau serta merta sama ?. Sebenarnya sudah banyak kajian tentang konsep keduanya, yang jika ditelaah secara seksama, merupakan sebuah satu kesatuan yang utuh dan susah dipisahkan.

Problemnya, kini konsep ideal itu sudah tidak lagi menjadi ruh dalam menjalankan roda negara dan pemerintahan. Contoh di bidang ekonomi, pakar dan birokrat dibidang ekonomi lebih percaya tawaran kapitalis yang individualis ketimbang menggali sedalam - dalamnya lalu menjadikan Pancasila sebagai landasan dalam menjalankan roda perekonomian.

Gampang saja melihatnya, bahwa di bidang ekonomi bangsa ini telah melakukan pengingkaran konstitusi yang begitu mendasar. Koperasi yang seharusnya mendapat binaan serius malah dijadikan sekedar lembaga figuran, sekedar ada saja dan yang tumbuh subur adalah lembaga ekonomi dalam bentuk lain yang dalam UUD 1945 tidak dijamin.

Pengingkaran konstitusi ini pula yang makin menyakinkan bahwa bangsa ini memang belum mampu menghargai dirinya sendiri. Kita lebih suka percaya kepada pihak asing daripada bangkit di atas kaki sendiri.

Saya hanya sekedar ingin meluruskan, bahwa kelompok yang harusnya membesar adalah kelompok yang konstitusional dan mampu menghargai nilai - nilai bangsanya (tetapi bukan sekedar jadi propaganda politik dan omongan podium saja).

Seperti apa bentuknya, mari kita berdiam diri dan jangan berkata apa - apa, melihak ke dalam diri kita masing - masing, lalu bicara dalam naungan kibaran MERAH PUTIH. Merdeka !!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger